Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tari Gambu Tarian Daerah Kabupaten Sumenep Madura

Tari Gambu Tarian Daerah Kabupaten Sumenep Madura
Tari Gambu
Tari Gambu Tarian Daerah Kabupaten Sumenep Madura. Tari Gambu berasal dan berkembang di daerah Sumenep Madura. Tari ini menggambarkan peristiwa pertempuran keprajuritan. Para penari menggunakan property dalam bentuk tameng kecil yang dikenakan pada punggung tangan, pada tameng tersebut dihias ornamen yang terbuat dari bahan cermin, cermin yang memantulkan sinar ini sebagai salah satu senjata untuk melindungi diri dari serangan musuh serta untuk membantu mengelabuhi pandangan musuh. Dalam penyajian tari Gambuh diperagakan oleh empat penari laki-laki dalam posisi di empat titik sudut. 

Jumlah Penari

Jumlah penari Gambu terdiri dari empat penari yang menggunakan pola posisi segi empat berdasarkan empat kiblat yaitu gambaran empat arah mata angin, barat-timur-utara-selatan, sedangkan dibagian tengah merupakan titik bayangan yang disebut sebagai mata hati dan tidak ada penarinya. Pola posisi tersebut disebut keblat papat lima pancer, yang disebut pancer adalah titik bayangan yang ada di tengah.
Properti Yang digunakan

Para penari menggunakan properti tombak dan tameng berukuran kecil, tameng terbuat dari bahan memantulkan cahaya, dibagian struktur tari menjelang akhir terdapat adegan perang-perangan.

Busana

Busana penari ada semacam hiasan kain yang diselipkan pada stagen berwarna putih-merah-hijau-kuning.  Putih sebagai simbol kesucian, merah sebagai simbol keberanian, hijau sebagai simbol kesuburan, kuning sebagai simbol ketulusan.

Gerak Tari


Tehnik gerak tari sangat jarang mengangkat gerak kaki, tetapi lebih dominan pergeseran kaki yang melekat ketanah, hal ini mirip dengan gerakan latihan tenaga dalam yang dilakukan oleh seni beladiri tenaga dalam. Selain itu Tari ini juga menggunakan teknik pernafasan dalam gerakannya. Teknik pernafasan yang digunakan oleh para penari menggunakan pernafasan 1-1 yang dilakukan dengan cara menghirup udara melalui salah satu sisi lubang hidung, ditampung di perut kemudian dihembuskan melalui sisi lubang hidung lainnya.   Pengaturan nafas ini diupayakan bisa mengalir dengan sendirinya secara alami mengikuti gerak tubuh dengan tanpa paksaan.

Arah gerakan penari yang selalu dilakukan kearah kanan merupakan simbol perputaran bumi serta simbol dari perjalanan darah pada tubuh manusia, sedangkan gerakan kaki lebih dominan pada  perpindahan telapak kaki bergerak merapat lantai, hal ini dilakukan sebagai transformasi energi bumi kedalam tubuh manusia.

Para penari gambu dahulu kala mempunyai teknik pernafasan yang bagus. Pola-pola pengendalian pernafasan tersebut antara lain dilakukan dengan cara mengkolaborasikan energi yang ada pada tubuh manusia dengan energi yang ada di bumi (tanah). Pola lantai/komposisi tari juga menyiratkan simbol prapatan atau menari dengan tekanan arah hadap kearah empat keblat. Tata busana menggunakan celana setinggi lutut, baju lengan panjang dengan rompi, sembung (sampur), ikat kepala model Sumenep.

Baca juga : Tari Muang Sangkal Tarian Daerah Sumenep Madura

Sejarah

Dahulu tarian Gambu lebih dikenal dengan Tari keris, dalam catatan Serat Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan Dhuwung, yang diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para pengikut Raden Wijaya kala mengungsi di keraton Sumenep. Tarian tersebut pernah ditampilkan di keraton Daha oleh para pengikut Raden Wijaya pada perayaan Wuku Galungan yang dilaksanakan oleh Raja Jayakatong dalam suatu acara pasasraman di Manguntur Keraton Daha yang selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pada Wuku Galungan. Para pengikut Raden Wijaya antara lain Lembusora, Ranggalawe dan Nambi diadu dengan para Senopati Daha yakni Kebo Mundarang, Mahesa Rubuh dan Pangelet, dan kemenangan berada pada pengikut Raden Wijaya.

Tari Keris ciptaan Arya Wiraraja ini lama sekali tidak diatraksikan. Pada masa kerajaan Mataram Islam di Jawa yakni pada pemerintahan Raden Mas Rangsang Panembahan Agung Prabu Pandita Cakrakusuma Senapati ing Alaga Khalifatullah (Sultan Mataram 1613-1645), seorang Raja yang sangat peduli dengan seni dan budaya. Maka kala itu Sumenep diperintah oleh seorang Adipati kerabat Sultan Agung yang bernama Kanjeng Pangeran Ario Anggadipa tarian tersebut dihidupkan kembali sekitar tahun 1630, diberi nama “Kambuh” dalam bahasa Jawa berarti “terulang kembali” dan sampai detik ini terus diberi nama Kambuh dan lama kelamaan berubah istilah menjadi tari Gambu dalam logat Sumenep.

Sumber referensi :
http://potrekoneng88.blogspot.com/2012/10/tari-gambuh-pamungkas-tarian.html
http://www.griyawisata.com/internasional/america/artikel/yukk-mengenal-tari-gambu-dari-madura#sthash.TrohtDIB.dpuf
http://id.wikipedia.org/wiki/Tari_Gambu

1 comment for "Tari Gambu Tarian Daerah Kabupaten Sumenep Madura"

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete